Di perjalanan kantin kami nemuin nenek sihir, ya siapa lagi kalo bukan Melia anak kelas 8 si tukang bikin masalah sama gue. "Eh, ada Dave, mendingan jalan bareng gue aja yuk!" Tawar Melia. "Ih ogah ya. Mendingan gue sama kucing kecil di samping gue ini. Daripada sama cewek menel kaya lo!" Dave menghina Melia, hinaannya itu loh bikin cewek mak jleb!! Dave memberi kode padaku untuk segera berjalan menjauhi Melia. "Eh apa maksud lo ngomong ke Melia, kalo gue kucing kecil?" Tanya gue dengan muka serius. "Lo nggak terima? Kucing kecil itu lucu, imut, penurut, baik lagi. Kalo lo gak terima gue bisa manggil lo Kucing gede!" Gue serasa kayak disandera aja tau. "Oke lo boleh manggil gue kucing kecil, tapi gue boleh juga dong manggil lo kelinci kecil?" Gue tersenyum puas liat ekspresi Dave yang kaya orang terpojok. "Ehm kok kelinci?" "Suka-suka gue dong!" Gue memalingkan muka dari wajah Dave. Belum lama gue ngomong itu, tiba-tiba gue denger sesuatu. Panggilan kepada Rey Jovendy siswa kelas 9A harap ke ruang Kepala Sekolah sekarang juga! Terimakasih. "Jadi lo kelas 9?" Tanya gue pada Rey. "Ya, eh gue ke ruang kepala sekolah dulu ya!" Rey berlari meninggalkan kami berdua sambil melambaikan tangan. "Lo pasti kelas 7" Samber Dave. Gue hanya menganggukan kepala pertanda iya. "Sekarang tinggal lo dan gue yang terus ngerangkul lo, kaya orang pacara aja ya!" Dave tersenyum penuh misterius pada gue.
Apasih maunya tu anak bikin orang naik darah aja grrr...
NEXT in part 3
0 komentar:
Posting Komentar